Ringkasan
Barefoot Gen menceritakan pemboman Hiroshima dari sudut pandang seorang anak laki-laki, Gen, dan keluarganya. Namun tema-tema buku tersebut (kerusakan fisik dan psikologis yang dialami masyarakat awam akibat realitas perang) masih menjadi kenyataan saat ini. Gen dan keluarganya telah lama berjuang tanpa banyak makanan, uang atau obat-obatan, namun meski mengalami kesulitan, mereka berusaha mempertahankan kehidupan normal. Orang dewasa kelelahan dan hampir putus asa; anak-anak melakukan serangan udara dan kelaparan dengan tenang. Nakazawa, seorang penyintas Hiroshima, secara efektif menggambarkan ketegangan hidup di lingkungan ini dan menunjukkan bagaimana upaya untuk tetap optimis dalam keadaan yang mengerikan terkadang bermanifestasi sebagai humor yang maniak dan tidak rasional. Kisah ini menawarkan sejumlah optimisme: tokoh-tokoh melakukan tindakan pengorbanan diri demi tetangga dan orang-orang terkasih (misalnya, ketika ibu Gen yang sedang hamil jatuh sakit karena kekurangan gizi, ia dan saudara laki-lakinya menyamar sebagai yatim piatu dan tampil di jalanan, membuang-buang uang. tembok rumahnya agar tidak ketahuan). Di balik sikap bisa melakukan ini terdapat rasa bersalah dan ketidakberdayaan yang mendalam dari orang tua. Ketika anak-anak berteriak-teriak karena gembira karena sepotong makanan, orang tua larut dalam rasa malu dan sedih. Seninya digambar dengan tajam dan ekspresif, dan narasinya memiliki ritme yang alami, sehingga mudah untuk ditarik ke dalam kehidupan keluarga, membuat para pembaca tahu bencana alam yang menanti mereka menjadi semakin nyata, intim, dan sulit untuk diterima. Meskipun sifatnya mengerikan, karya ini sangat berharga karena memberikan pelajaran dalam sejarah, kemanusiaan, dan kasih sayang.