Kesimpulan
Dari Fushichou:
Ketika Masachika Ebisu tiba untuk pertama kalinya di sebuah asrama di sebuah sekolah asrama terpencil di pegunungan, pembantunya Shibazaki memanggil teman sekamar Wataru Tamon untuk menjaga tuan Masachika-sama. Itu adalah beban yang tidak diinginkan Tamon, tapi beban yang dengan enggan dipeluknya bahkan saat dia menyadari bahwa dia tidak bertingkah seperti dirinya sendiri dengan melakukannya. Ebisu adalah anak nakal manja, benar-benar tidak kompeten dan pembohong, yang semuanya membuat Tamon marah dan frustasi tanpa akhir. Tapi, ada juga kerentanan naif pada bocah lelaki yang satu-satunya teman sampai sekarang adalah pelayannya, Shibazaki. Dari ketakutannya pada guntur yang membuatnya merangkak ke tempat tidur Tamon hingga penyebutan nama Shibazaki yang tidak pernah berakhir, Tamon menjadi semakin marah dan semakin dingin terhadap sumber frustrasinya. Tapi, Ebisu ingin Tamon memperhatikannya; dia ingin bergaul dengan teman sekamarnya dan menjadi sahabat. Sangat mudah bagi Ebisu untuk mengekspresikan perasaannya dengan bebas, tidak seperti Tamon yang merahasiakan rasa tergila-gila pada teman sekamarnya. Tetapi menyimpan emosinya untuk dirinya sendiri menyebabkan kesalahpahaman dan perasaan terluka. Bisakah mereka berdua menemukan keberanian untuk saling menceritakan perasaan mereka yang sebenarnya sebelum terlambat?